Senin, 13 Desember 2010

Makalah BIK

BAB I



PENDAHULUAN





1.1. Latar Belakang



Banyak aliran-aliran pokok pendidikan di Indonesia. Namun apakah kita tahu bahwa Indonesia sendiri memiliki aliran pokok pendidikan yang original buatan Indonesia. Disini penulis beruasaha untuk mengungkap seluk-beluk aliran pokok pendidikan made in Indonesia tersebut.

Sebagian besar dari kita tidak mengetahui bahwa aliran pokok pendidikan di Indonesia juga ada yang asli buatan Indonesia. Kita sibuk sendiri mempelajari aliran-aliran pendidikan yang berasal dari luar negeri. Sebagai anak bangsa kita sering melupakan apa yang telah diperjuangkan oleh pendahulu-pendahulu kita. Jika hal itu terjadi, entah apa yang terjadi dengan bangsa ini.




1.2. Rumusan Masalah



  1. Apa aliran pokok pendidikan di Indonesia?
  2. Apa asas dan tujuan aliran pokok pendidikan di Indonesia?
  3. Apa upaya serta hasil yang dicapai aliran pokok pendidikan di Indonesia?



1.1. Tujuan



  1. Mengetahui aliran pokok pendidikan di Indonesia.
  2. Mengetahui asas dan tujuan aliran pokok pendidikan di Indonesia.
  3. Mengetahui upaya serta hasil yang dicapai aliran pokok pendidikan di Indonesia.




BAB II



PEMBAHASAN





2.1. Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia



Aliran pokok pendidikan di Indonesia ada dua, yaitu:

  1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh KI Hajar Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-Kanak) dan kursus guru, selanjutnya Taman Muda (SD), di susul Taman Dewasa Merangkap Taman Guru (MULO Kweekschool). Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula Taman Madya, Prasarjana dan Sarjana Wiyata. Dengan Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

  1. Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam

Ruang Pendidikan INS (Indonesia Nederlandsche School) di dirikan oleh Mohammad Sjafei (lahir di Matan, Kalimantan Barat tahun 1895) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Taman (Sumatera Barat). INS pada mulanya dipimpin oleh bapaknya, Kemudian oleh Moh. Sjafei sendiri. Dimulai dengan 75 orang murid, dibagi dalam dua kelas, serta masuk sekolah bergantian karena gurunya hanya satu yakni Moh. Sjafei sendiri. Sekolah ini mengalami pasang surut sesusia dengan keadaan indonesia saat itu, bahkan pada bulan Desember 1948 sewaktu Belanda Menyerang ke Kayu Tanam, seluruh gedung INS di bumi hanguskan, termasuk Ruang Pendidiakan, Pengajaran dan Kebudayaan di Padang Panjang. Baru pada Bulan Mei 1950 Ruang Pendidik INS Kayu Tanam bangkit kembali dan Moh Sjafei mulai lagi dengan 30 siswa. Pada Tahun 1952, INS mendirikan percetakan Sridharma yang menerbitkan mjalah bulanan Sendi sasaran khalayak adalah anak-anak.




2.2. Asas dan Tujuan Aliaran Pokok Pendidikan di Indonesia



2.2.1. Asas dan Tujuan Taman Siswa



Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintahan kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut secara singkat disebut “asas 1922” adalah sebagai berikut:

  1. Bahwa setiap orang mempuyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum. Dari asas yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai. Kehidupan yang tertib dan damai hendaknya dicapai menurut dasar kodrat alam sebagai sifat lahir dan manifestasi kekuasaan Tuhan. Asas ini pulalah yang mendorong Taman Siswa untuk mengganti sistem pendidikan cara lama yang menggunakan perintah, paksaan dan hukuman dengan sistem yang khas Taman Siswa, yang didasarkan pada perkembangan kodrati. Dari asas ini pulalah lahir “Sistem Among”, dalam cara mana guru memperoleh sebutan “Pamong”, yaitu sebagai pemimpin yang berdiri di belakang dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan pada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintahkan atau dipaksa. Pamong hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang menghalangi jalannya anak serta hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila mereka sendiri tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan atau ancaman keselamatan atau gerak majunya. Jadi, “Sistem among” adalah cara pendidikan yang dipakai sistem Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingati dan mementingkan kodrati adatnya pada siswa dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.

  1. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Dalam asas kedua ini masih mengandung keterangan lebih lanjut tentang prinsip kemerdekaan yang terdapat di dalam asas yang pertama, yakni dengan memberi ketegasan bahwa kemerdekaan itu hendaknya dikenakan terhadap cara siswa berfikir, yaitu agar siswa tidak selalu dicekoki atau disuruh menerima buah pikiran saja, melainkan para siswa hendaknya dibiasakan mencari atau menemukan sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan pikiran dan kemampuanyya sendiri. Membimbing anak agar kelak menjadi orang sungguh-sungguh merdeka lahir batin hendaknya dilakukan dengan jalan memerdekakan lahir batinnya, pikirannya dan tenaganya.

  1. Bahwa Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Dengan asas ini Taman Siswa ingin mencagah sistem pengajaran yang bersifat intelektualistis dan pola hidup yang “kebarat-baratan” yang dapat memisahkan orang-orang terpelajar dengan rakyat jelata pada umumnya.

  1. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat. Dari asas ini jelas pendirian Taman Siswa yaitu lebih baik memajukan pengejaran untuk rakyat umum dari pada mempertinggi tersebarnya pendidikan dan pengajaran. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa lebih mementingkan tersebarnya pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum, dengan kata lain, pemerataan pendidikan.

  1. Bahawa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin hendakya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin. Dati asas “hidup” dengan kekuatan sendiri inilah maka Taman Siswa mampu hidup dan mempertahankan kepribadiannya sepanjang masa (dalam masa penjajahan maupun zaman kemerdekaan ini)

  1. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. Dari asas ini tersirat keharusan untuk hidup sederhana dan hemat.

  1. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak. Asas “berhamba kepada anak didik” ini menunjukkan hasrat Taman Siswa untuk menampilkan pendidik-pendidiknya dalam arti yang semurni-murninya, pendidik yang bekerja tanpa pamrih, ikhlas, penuh pengorbanan, demi kebahagiaan anak-anak semata. Kualifikasi pendidik yang seperti inilah yang berhak menerima subutan “Pamong”, atau istilah sekarang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.

Ketujuh asas tersebut diumumkan pada tanggal 3 Juli 1922, bertepatan dengan berdirinya Taman Siswa, dan disyahkan oleh Kongres Taman Siswa yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 17 Agustus 1930. Ketujuh asas itu akan tetap hidup sebagai sifat-sifat yang hakiki dari Taman Siswa yang tidak dapat diubah, dikurangi atau ditambah selama nama (Taman Siswa) tetap dipakai, meskipun bentuk, isi, dan cara pelaksanaanya harus selalu disesuaikan dengan alam dan zamannya (Ki Hadjar Dewantara, 1952: 54-58; Wawasan kependidikan guru, 1982: 91-93)

Selanjutnya dikemukakan penjelasan resmi dari Perguruan Kebangsaan Taman Siswa tentang ketujuh asas 1992 tersebut (Ki Hadjar Dewantara, 1952: 270-271; Wawasan kependidikan guru, 1982: 148-252) sebagai berikut:

Pasal pertama: disinilah kita dapat saksikan sendiri terkandung dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Dijelakan disitu, bahwa kebebasan tadi bukan kebebasan yang leluasa, namun kebebasan yang terbatas dan harus mengingati tertib damainya hidup bersama. Dengan tegas ayat 2 dalam pasal itu mengemukakan tujuan dari pada hidup merdeka tadi, yang hidup tertib dan damai; bukan hanya “tertib” atau teratur saja namun sebetulnya tak ada rasa damai, rasa damai namun tak ada peraturan “tertib”. Itulah cita-cita tertib, damai yang abadi.

Pasal dua: disini masih teruskan keterangan “dasar kemerdekaan” itu, yakni dengan ketegasan, bahwa kemerdekaan tadi hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu “dipelopori”, atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari segalansesuatau pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri, begitu pula caranya anak-anak melakukan sikap batinnya merasakan , memelihara keisyafan sebagainya hendaknya jagan pula dipelopori, namun berilah kebebasan secukupnya kepada mereka. Juga dalam mewujudkan kemauannya menjadi tenaga, janganlah dilakukan paksaan-paksaan atau tekanan-tekanan. Merdekakanlah batinnya , pikirannya, dan tenaganya, itulah syarat-syarat untuk membimbing anak-anak agar menjadi orang-orang yang merdeka lahir batinnya.

Pasal ketiga: dalam pasal ini terkandung sementara kepentingan yang harus diperhatikan, sekalipun tidak sampai menjadi dasar atau yang patut dimasukkan kedalam “keterangan dasar 1947”. Terdapatlah dalam pasal itu singgungan kepentingan umumnya disebabkan karena bangsa kita selalu menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan kebarat-baratan. Hal ini terdapat pula dalam sistem kependidikan dan pengajaran yang terlampau mengutamakan kecerdasan pikran, hingga menyuburkan jiwa intelektualitis dengan segala akibat-akibatnya. Dalam pasal ketiga (ayat penghabisan) dapatlah kita lihat keterangan, yang mengenai dasar kebudayaan, yang selalunampak dalam usaha kita, dan bersama-sama dengan dasar-dasar kodrati pasti akan dapat memberi kepuasan dalam hidup kita.

Pasal keempaat: disinilah terdapat dasar kerakyatan, yang tak termasuk kedalam “keterangan dasar-dasar 1947”. Mempertinggi pengajaran dianggap perlu, namun jangan sampai menghambat tersebarnya, pendidikan dan pengajaran untuk seluruh masyarakat. Dalam zaman Belanda sudah ada perguruan-perguruan tinggi, akan tetapi karena sistem pengajaran rakyat masih sangat primitifnya, maka pelajarpelajar kebanyakan berasal dari golongan Belanda dan bangsa asing lainnya yang berkeleluasaan menrima pengajaran persiapan yang baik dan cukup.

Pasal kelima: inilah asas yang sangat penting bagi semua orang, yang sungguh-sungguh berhasrat mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya. Janganlah menrima bantuan yang dapat mengikat diri kita, baik nerupa ikatan lahir maupun batin. Boleh kita menerima bentuan dari siapapun juga aslkan tidak mengikat sedemikian rupa, hingga dapat mengurangi kemerdekaan dan kebebasan kita. Dan dengan positif dan tegas dinyatakan disitu, bahwa pokok dari pada asas kita adalah berkehendak mengusahakan kekuatan sendiri.

Pasal keenam: disini terdapatlah syarat yang mutlak dalam kita mengerjakan kemerdekaan diri itu, yaitu keharusan untuk membelanjai sendiri dengan segalausaha. Sistem itu mulai dulu terkenal sebagai “zelf-begrotings systeem”, yang bagai golongan –golongan lain, yang ingin hidup merdeka dan bebas, sangatlah sulit unuk menirunya. Kesulitan tersebut disebabkan karena untuk menegakkan sistem membelajai sendiri tadi diperlukan keharusan untuk hidup sederhana.

Pasal ketujuh: teranglah dalam pasal ketujuh ini harus adanya lahir dan batin pada kita, untuk mengorbankan segala kepentingan kita kepada selamat dan bahagianya anak-anak yang kita didik. Kita harus sanggup mematahkan segala ikatan lahir dan batin, yang mencencang jiwa raga kita, unguk dapat “berhamba kepada sang anak” dengan segala hasrat kesucian.

Dalam perkembangan seanjutnya. Taman siswa melengkapi “Asas 1922” tersebut dengan “Dasar-dasar 1947” yang disebut pula “Panca Dharma”. (Pasal 7, dan nomor pasal-pasal dalam bagian ini, dari peraturan Dasar Persatuan Taman Siswa). Kelima dasar Taman Siswa tsb (Ki Mangunsarkoro. 1952, dari Wawasan Kependidikan Guru. 1982: 153-154) adalah:

  1. Asas kemerdekaan harus diartikan disiplin pada siri sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Maka dari itu kemerdekaan menjadi alat mengembangkan pribadi yang kuat dan sadar dalm suatu perimbangan dan keselarasan dengan masyarakat tertib damai di tempat keanggotaanya.

  1. Asas kodrat alam berarti, bahwa pada hakekatnya manusia itu sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan mengalami bahagia jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan yang dapat kita gambarkan sebagai bertumbuhnya tiap-tiap benih suatu pohon yang kemudian berkembang menjadi besar dan akhirnya berbuah dan setelah menyebarkan benih biji yang baru mengakhiri hidupnya, dengan keyakinan, bahwa dharmanya akan dibawa hidup terus dengan tumbuhnya lagi benih-benih yang disebarkan.

  1. Asas Kebudayaan Taman Siswa tidak berarti asal memelihara kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan jaman, kemajuan dunia dan kepentingan hidup rakyat lahir dan batin tiap-tiap jaman dan keadaan.

  1. Asas Kebangsaan Taman Siswa tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaasn, malahan harus menjadi bentuk dan fiil kemanusiaan yang nyata dan oleh karena itu tidak mengandung arti permusuhan dengan bagsa lain, melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju kepada kebahagiaan lahir dan batin seluruh bangsa.

  1. Asas Kemanusiaan menyatakan, bahwa dharma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang berarti kemajuan manusia lahir dan batin yang setinggi-tingginya, dan juga bahwa kemajuan kemanusiaan yang tinggi itu dapat dilihat pada kesucian hati orang dan adanya rasa cinta-kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk Tuhan seluruhnya, tetapi cinta-kasih yang tidak bersifat kelembekan hati, melainkan bersifat keyakinan adanya hukum kemajuan yang meliputi alam semesta. Karena dasar cintakasih kemanusiaan itu harus tampak pula sebagai kesimpulan untuk berjuang melawan segala sesuatu yang merintangi kemajuan selaras dengan kehendak alam.

Tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dapat dibagi dua jenis, yakni tujuan yayasan atau keseluruhan perguruan dan tujuan pendidikan. Tujuan yang pertama itu (pasal 8) adalah:

  1. Sebagai yang dinyatakan kedalam keterangan “Asas Taman Siswa” tahun 1922 pasal 1, Tujuan Taman Siswa sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.

  1. Tertib sebenarnya tidak akan ada, jika tidak ada damai antara manusia. Dan damai antara manusia itu hanya mungkin ada dalam keadilan sosial sebagai wujud berlakunya kedaulatan adab manusia, yang menghilangkan segala rintangan oleh manusia terhadap sesamanya dalam sarat-sarat hidupnya, serta menjami terbaginya sarat-sarat hidup lahir batin, secara sama rata sama rata. Sedangkan tujuan pendidikan (Pasal 13) yaitu:nTujuan pendidikan Taman Siswa ialah membangu anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya serta sehat jasmaninyauntuk menjadi anggota masyarakat yang beguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya.



2.2.2. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam



Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut:

1. Berpikir logis dan rasional

2. Keaktifan atau kegiatan

3. Pendidikan Masyarakat

4. Memperhatikan pembawaan anak

5. Menentang intelektualisme

Setelah Kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia. Dasar-dasar tersebut dikembangkan dengan mengintegrasikan asas-asas Ruang Pendidik INS, sila-sila Pancasila, dan hasil analisis alam dan masyarakat Ondonesia, serta pengalaman sebagai guru sekolah Kartini di Jakarta (1914-1922) dan sebagai pemimpin INS. Dasar-dasar pendidikan tersebut (Mohammad Sjafei, 1973: 31-86: dan Said, 1981: 57-69) sebagai berikut:

  1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan
  3. Kesusilaan
  4. Kerakyatan
  5. Kebangsaan
  6. Gabungan natara pendidikan ilmu umum dan kejuruan
  7. Percaya pada diri sendiri di sebelah pada Tuhan
  8. Berakhlak (Bersusila) setinggi mungkin
  9. Bertanggung jawab akan keselamatan Nusa dan Bangsa
  10. Bejiwa aktif positif dan aktif negatif
  11. Mempunyai daya cipta
  12. Cerdas, logis dan rasional
  13. Berperasaan tajam, halus dan estetis
  14. Gigih atau ulet yang sehat
  15. Correct atau tepat
  16. Emosional atau terharu
  17. Jasmani sehat dan kuat
  18. Bahasa Indinesia, Inggris dan Arab
  19. Sanggup hidup sederhana dan bersusah payah
  20. Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan alat serba kurang
  21. Sebanyak mungkun memakai kebudayaan nasional waktu mendidik
  22. Sebanyak mungkin waktu mengajat para guru menjadi obyek, Dan muri sebagai subyek. Dimana hal ini tidak mungkin jika guru menjadi subyek dan murid menjadi obyeknya.
  23. Sebanyak mungkin para guru menyontohkan pelajaran-pelajarannya tidak hanya pandai menyuruh saja.
  24. Diusahakan supaya para pelajar mempunyai darah ksatria, berani karena benar.
  25. Mempunyai jiwa konsentrasi
  26. Pemeliharaan (perwatan) suatu usaha
  27. Menepati janji
  28. A. Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-baiknya

b. Kewajiban harus dipenuhi

  1. Hemat

Demikianlah dasar-dasar pendidikan menurut Moh. Sjafei, yang mencakup berbagai hal, seperti syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya.

Sejak didirikan, tujuan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam adalah :

  1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
  2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
  3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
  4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
  5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan



2.3. Upaya-upaya serta Hasil yang dicapai Oleh Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia



2.3.1. Upaya-upaya Pendidikan yang dilakukan Taman Siswa serta Hasil yang capai



Peraturan Dasar Persatuan Taman Siswa menetapkan berbagai upaya yang dilakukan Taman Siswa, baik di lingkungan perguruan maupun di luar lingkungan perguruan itu. Di lingkungan Perguruan , untuk mencapai tujuannya Taman Siwa berusaha dengan jalan sebagai berikut:

  1. Menyelenggaraan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi, baik yang brsifat umum mapun yang bersifat kejuruan, serta memberi pendidikan itu serba isi yang baik yang berguna untuk keperluan hidup dan penghidupan masyarakat sesuai dengan asas, dasar tujuan pendidikan Taman Siswa dangan selalu mengingat atau menyesuaikan dengan kecerdasan jaman dan kemajuan dunia
  2. Mengikuti, mempelajari perkembangan dunia di luar Taman siswa yang ada hhubungannya dengan bidang-bidang kegiatan Tman Siswa, untuk diambil faedah sebaik-baiknya.
  3. Menumbuhkan dan memasakkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa, sehingga tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
  4. Meluaskan kehidupan ke-Taman Siswaan di luar lingkungan masyarakat Perguruan, sehingga dapat terbentuk wadah yang nyata bagi jiwa Taman Siswa, agar dengan demikian ada pengaruh timbal balik antara perguruan atau keluarga dan masyarakat sekitarnya pada khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.

Disamping upaya-upaya dalam lingkungan Perguruan, untuk mencapai tujuan Taman Siswa, Taman Siswa berusaha di luar lingkungan Perguruan dengan jalan sebagai berikut:

  1. Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan hidup Taman Siswa, baik yang bersifat umum untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat maupun pendidikan karya untuk meningkatkan kecakapan dan kemampuan hidupnya.
  2. Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-nentuk badan sosial ekonomi yang dapat memberi bimbingan dan dorongan kegiatan masyarakat dalam perjuangannya menuju masyarakat yang bahagia, tertib dan damai.
  3. Bersama-sama dengan instansi-instansi pemerintahan menyelenggarakan usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru Indonesia.
  4. Menyelenggarakan usaha pendidikan kader pembangunan yang tenaganya dapat disumbangkan kepada masyarakat untuk pembangunan.
  5. Mengusahakan tebentuknya pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat dengan inti-inti kejiwaan Taman Siswa.

Hasil yang telah dicapai oleh Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Yayasan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa yang didirikan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta sampai kini telah telah mencapai berbagai hal seperti gagasan atau pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dadan sejumlah besar alumni perguruan (banyak yang menjadi tokoh nasional, antara lain Ki Hajar Dewantara, Ki Mangun kasworo, dan Ki Suratman). Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan, yang mungkin juga dicapai oleh yayasan pendidikan lainnya.

Meskipun hampir semuan upaya pendidikan yang dilakukan oleh orang Indonesia di zaman penjajahan adalah sebagai sarana perjuangan kemerdekaan Indonesia, namun Taman Siswa menduduki ttempat khusus dalam peran perjuanganny itu. Sebagai mana tercermin pada namanya dengan encantumkan “kebangsaan” pada tahun 1922 (jadi sebelum Sumpah Pemuda tahun 1928), maka Taman Siswa telah tampil sebagai pelopor persatuan dan kesatuan Indonesia berdasarkan asas kebamgsaan dan kebudayaan Indonesia. Seperti diketahui, persatuan dan kesatuan itu sangat diperlukan oleh setiap bangsa yang Bhinneka agar Tunggal Ika, seperti Indonesia.

Akhirnya perlu dikemukakan harapan seperrti yang tercermin dalam Tajuk Rencana Harian Kompas menyambut Kongres ke-16 dan hari jadi ke70 Taman Siswa dengan judul “Menyegarkan Kembali Semangat Humanisme Ki Hajar Dewantara” takni perlunya penyegaran untuk mengantisipasi pearkembangan masyarakat yang serba cepat dan tak terduga. Seperti dikemukakan dalam Tajuk itu, Penyegaran itu telah lama berlangsung dalam Taman Siswa, namum mulai meredup.

Secara berturut-turut asas itu disempurnakan oleh Ki Sarmidi menjadi Pancadarma, Ki Moch Tauhid dengan konsep penerapannya di bidang ekonomi, Ki Mohammad Said dengan filsafat kekeluargaan, dan terakhir Ki Sarino dalam pendidikan kedesaan, kita punya kesan tidak ada lagi “barang baru” dari Taman Siswa (Menyegarkan Kembali, 1992: 4).

Karena tanpa penyegaran dan dinamisasi itu, dapat terjadi Taman Siswa sebagai “Indonesia kecil” itu bisa mengikuti “sesama Taman Siswa” yakni perguruan kebangsaan yang bersamangat nasionalisme itu satu persatu mati, demikian Kompas. Harapan kita, semua penyegaran dan diamisasi itu akan terus berkembang agar Taman Siswa dapat maju terus. Seperti diketahui, hari jadi pendiri Taman Siswa itu (2 Mei) telah ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.




2.3.2. Upaya-upaya yang dilakukan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam serta Hasil yang dicapai.



Terdapat berbagai upaya yang dilakukan oleh Mohammad Sjafeidan kawan-kawan dalam mengembangkan gagasan dan berupaya mewujudakannya, baik yang berkaitan dengan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam maupun tentang pendidikan dan perjuangan atau perkembangan abngsa Indonesia pada umumnya. Beberapa hal yang perlu dikemukakan adalah memantapakan dan memnyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional, Pengembangan Ruang Oendidik INS, upaya pemberantasan buta huruf, penerbitan majalah anak-anak, dan lain-lain.

Beberapa usaha yang dilakukan Ruang Pendidik Kayu Tanam dalam bidang kelembagaan antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, seperti Ruang Rendah (7 tahun, setara sekolah dasar), Ruang Dewasa (4 tahun sesudah Ruang Rendah, serta sekolah menengah) dan sebagainya. Perlu ditekankan bahwa program pendidikan INS tersebut sangant mengutamakan pendidikan keterampilan-kerajinan, dengan mengutamakan menggambar, pekerjaan tangan dan, sejenisnya (Mohammad Sjafei, 1979: 87-117). Terdapat pula program khusus untuk menjadi guru yakni tambahan satu tahun setelah Ruang Dewasa untuk pembekalan kemampuan mengajar dan praktek mengajar (Said, 1981: 57-69). Di samping bidang kelembagaan itu, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam juga menyelenggarakan usaha lain sebagai baguan mencerdaskan khidupan bangsa, yakni Sendi (majalah anak-anak), buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf dan angka dengan judul Kunci 13, mencetak buku-buku pelajaran, dan lain-lain. (Soejono, 1958:46). Seperti diketahui, upaya-upaya dari Ruang Pendidik INS tersebut dilakukan sebagai usaha mandiri, dan menolak bentuan yang mungkin akan membatasi kebebasannya.

Hasil-hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengalami masa pasang surut sirama dengan pasang-surutnya perjuangan bangsa Indonesia. Seperti telah dikemukakan bahwa akibat bumi hangus pada penyerangan Belanda tahun 1948, praktis kegiatan nyata dari INS terhenti, dan baru dimulai kembali pada tahun 1950. Perkembangannya berlansung lambat, tetapi yidak mati seperti beberapa perguruan kebangsaan lainnya. Sebagaiman Taman Siswa, Uang Pendidik INS Kayu Tanam juga mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional, (utamanya pendidik keteranpilan atau kerajinan), beberapa ruang pendidik (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni. Beberapa orang alumni telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei yakni Dasar-dasar Pendidik (1976), yang ditulis pada tahun 1968 (cetakan kedua tahun 1979).

Seperti harapan kepeda Taman Siswa, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam juga diharapkan melakukan penyegaran dan dinamisasi, seiring dengan perkembangan masyrakat dan IPTEK. Di samping itu, upaya-upaya pemgembangan Ruang Pendidik INS tersebut seyogyanya dilakukan dalam kerangka pengembanga Sistem Pensisikan Nasional, sebagai bagian dari usaha mewujudkan cita-cita Ruan Pendidik INS, yaitu mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia.






BAB III



PENUTUP





3.1. Kesimpulan



1) Aliran pokok di Indonesia ada dua, yaitu Taman Siswa dan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam.

2) Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintahan kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut secara singkat disebut “asas 1922”. Dan tujuan Taman Siswa sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.

3) Pertama kali didirikan INS Kayu Tanam memiliki 5 asas pokok. Namun setelah kemerdekaan sesuai asas tersebut dikembangkan menjadi 29 asas.

4) Banyak upaya-upaya serta hasil yang dicapai oleh Taman Siswa dan INS Kayu Tanam untuk mengembangkan gagasan dan berupaya mewujudkannya, baik yang berkaitan dengan kegiatan perguruan maupun di luar kegiatan perguruan.




3.2. Saran



Sebagai generasi muda penerus bangsa, sebaiknya kita terus melestarikan apa yang telah dicapai oleh kedua aliran tersebut. Karena jika bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya. Perjuangan yang dilakukan kedua aliran tersebut tidaklah gampang, namun sangatlah terjal. Oleh karena itu kita tidak boleh menyia-nyiakan apa yang telah ditorejkan oleh kedua aliran tersebut.






DAFTAR RUJUKAN





Ki Hadjar Dewantara. 1962. Karya Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.


Mohammad, Sjafei. 1979. Dasar-dasar pendidikan. Jakarta: Yayasan Proklamasi CSIS


Said, Muh. 1981. Pendidikan Abad Keduapuluh dengan Latar Belakang Kebudayaannya. Jakarta: Mutiara


Soeonjono, Ag. 1958. Aliran Baru dalam Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Harapan Masa (Penulisan ejaan disesuaikan)

Anda Adalah Pengunjung Ke